Greetings :)

What'd You Like To See?

Tuesday, 20 December 2011

Thanks For Being My First Love : My love is difficult i think, how about you?

Ini cerita karangan temen (ehm mantan) gue. Dia itu first love gue,dan gue itu first love dia..




Kisah ini berawal dari seorang siswi yang baru merasakan adanya cinta yang sulit dan rumit, yang baru saja menghampiri kehidupannya...
Cinta? Dalam dunia mimpikah aku ini sekarang? Aku tak percaya anganku dapat menggapai ini semua... Bagiku, ini adalah sebuah kemustahilan yang hanya dengan sekejap berubah menjadi suatu peristiwa yang tak kan terlupakan bagiku. 
Ini semua berawal dari sebuah ekstrakulikuler di sekolahku, yang membuat aku tertarik untuk mengikutinya. Rohis. Rohis telah merubah hidupku, kurang lebih begitu. Rohis juga yang mengenalkan aku dengan seseorang.. Sahabatku tentu saja. Aku mendapatkan banyak sahabat dari rohis.. Begitulah kisah ini dimulai.....


Awalnya, aku hanyalah seorang siswi smp yang biasa saja, tidak ada kelebihan yang khusus dariku yang bisa membuatku menjadi ‘eksis’  di sekolah. Alhasil, aku adalah seorang gadis biasa, yang belajar disekolah yang biasa juga...
Aku seorang yang pendiam, kalau dilihat sekilas memang seperti itu. Namun, orang-orang yang sudah mengenalku lebih dekat akan lebih paham, bahwa aku bukanlah seorang pendiam. Kuakui, aku sedikit cerewet dan tidak bisa diam. Itu membuat aku terlihat sangat berbeda jika sedang bersama teman-teman dekatku. Dan, kalau kau tahu teman, aku sedikit gila jika sedang bersama sahabatku.
Oh sudahlah, kalu begini kapan aku cerita tentang cintaku? Baiklah, aku kira sudah saatnya aku menceritakannya. Aku menyukai salah satu temanku, entahlah, aku kira aku tidak bisa menyebut namanya.. (Ini sebuah rahasia kawan, tapi aku sangat ingin berbagi dengan kalian.)
Awalnya, aku tidak begitu mengenal dia, aku saja baru sadar kalau dia adalah anggota rohis juga, seperti aku. Aku tidak begitu ingat kapan aku mengenalnya, yang jelas, tiba-tiba saja dia masuk kedalam kehidupanku, dan memulainya. Kau tahu? Inilah keajaiban cinta kawan, datang tiba-tiba dan membuat kehidupan seseorang berubah drastis.

Rencananya, saat bulan Ramadhan nanti, Rohis akan mengadakan sebuah acara. Dan, aku tidak menyangka.. Aku menjadi salah satu panitianya! Kau tahu kawan, itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagiku. Meskipun sedikit menguras tenaga dan pikiran, tapi ini adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan bagiku.
Dan, yang lebih menyenangkannya lagi, dia juga menjadi panitianya. Awalnya, aku masih bersikap biasa saja. Entahlah, aku memang merasa sikapku biasa saja, tapi, apakah iya?? Aku sendiri bingung. Ya, kau taulah teman.. Bagaimana orang yang sedang jatuh cinta? Dan, jawabannya Cuma satu, “Gila”.  Aku ingat pertama kali aku minta nomor handphone nya. Yang lebih gila adalah ketika aku smsan dengannya, hanya dengan jarak 3 jengkal. Bayangkan teman, betapa gilanya aku saat itu.
Aku tidak ingat banyak, tapi yang jelas, melalui sms tersebut, kami mulai dekat. Dia orang yang baik, namun sikapnya aneh. Dia lebih sering bermain dengan perempuan. Dan itu membuatnya sedikit... Umm.. Ya.. Kautaulah.. Sedikit, terlihat seperti anak perempuan. Tapi, yang membuatku heran adalah, itu tidak menghalangiku untuk mencintainya. Malah aku berniat untuk mengubahnya. Karena menurutku, dia terlihat keren kalau sikapnya tidak seperti itu. Percayalah kawan, Aku bertekad seperti itu, mengubahnya, walaupun aku tidak tahu harus dengan cara seperti apa.
Suatu malam, dia bilang padaku kalau dia tahu, kalau aku suka dengannya. Malam itu, aku tidak bisa berkutik. Aku tidak mungkin berbohong, akhirnya aku mengatakan kalau itu benar. Dan, aku tidak menyangka dia bilang bahwa dia pernah suka denganku. “Jangan senang dulu, itukan hanya ‘pernah’ siapa tahu sekarang berbeda” ucapku dalam hati.
Namun, kenyataannya, semakin hari kami semakin dekat, entah apa yang  membuat kami akrab, atau mungkin kami hanya merasa nyaman satu sama lain. Sampai akhirnya..
Hari itu cukup cerah, ya, tidak mendung dan tidak panas. Aku bersekolah seperti biasa. Ketika bel tanda jam istirahat kedua berbunyi, aku segera menuju ke kelas seorang sahabatku untuk memintanya menemaniku ke kantin.
Belum sampai di kantin, aku melihat dia. Ya, tentu saja, dia sedang mengobrol bersama teman-temannya. Entah itu kebetulan atau memang takrdir, salah satu temannya menarikku dan menahanku, dengan spontan aku berhenti dan bertanya “Ada apa?” lalu mereka mengajakku ke taman belakang sekolah, karena bingung, aku menolak dan meninggalkan mereka, lalu pergi menuju kantin bersama sahabatku. 
Satu lagi yang tidak kupercaya, mereka mengikutiku. “Oh tidak.. Ada apa ini sebenarnyaa?” hatiku bertanya-tanya. Akhirnya, karena aku merasa tidak enak dan mereka terus menahanku, aku berhenti. Dan dia maju, dan mengatakan “Mm.. Gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?”

Ya Tuhan.. Mimpi aku semalam? Apa dia serius? Apa dia tidak bercanda? Apa kali ini aku bermimpi? Ah, kurasa tidak, dia mengatakannya dengan begitu serius walaupun sambil sedikit tertawa, dan aku rasa aku tidak bermimpi, karena aku tidak mungkin tidur siang bolong begini. Tuhaan.. Aku harus bicara apa? Mulutku tiba-tiba jadi terasa kaku, dan kakiku ini seperti mempunyai pikiran sendiri untuk segera pergi dari sini. Hatiku luluh, aku lemas, dan sepertinya kakiku tidak kuat lagi menopang tubuhku ini. Aku bingung, dan akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dan menjawabnya besok, ya besok, tentu saja.
Setelah bel tanda istirahat selesai berbunyi, aku kembali masuk ke kelas. Tiba-tiba saja pikiranku seperti melayang kemana-mana. Hatiku dilanda rasa bimbang dan bingung. Aku tidak konsen belajar.  Yang aku pikirkan hanya tawaran itu, tawaran untuk menjadi pacarnya. Apakah aku bisa? Apakah aku mampu? Itu semua memang mungkin. Ya, kalau kau tahu, aku belum pernah mengenal “pacaran” sebelumnya, jadi, kalau aku mengambil tawarannya, ini akan menjadi pertama kalinya. Namun aku masih bimbang, entahlah, tapi aku pikir, aku harus memikirkannya matang-matang.
Keesokan harinya, aku dilanda rasa panik. Aku belum mendapatkan keputusan. Sementara aku, sudah berjanji untuk mengatakan jawabannya hari ini. Oh Tuhan.. Lagi-lagi, aku harus jawab apa??
Ketika bel istirahat tiba, seperti biasa, aku dan teman-temanku berkumpul di taman belakang untuk makan. Ketika sedang makan, salah satu temannya menghampiriku, dan menanyakan jawabanku, aku menolak memberikan jawabanku dengan alasan harus dia yang memintanya sendiri. Padahal, dalam hatiku, aku masih berpikir, jawaban apa yang harus aku lontarkan nanti. Aku pikir dia tidak akan berani menghampiriku, karena saat itu ada teman-temanku disampingku. Tapi ternyata, perkiraanku salah. Dia menghampiriku dan menanyakan jawabannya. Aku bingung, dan benar-benar bingung harus bersikap seperti apa, dan sepertinya, aku salah tingkah. Aku berpura-pura tidak mendengarnya dan mengacuhkannya, namun itu kulakukan agar aku bisa sedikit me-relax kan pikiran, karena pikiranku benar-benar seperti benang kusut pada saat itu. Akhirnya, karena aku belum juga memberikan jawaban, dia pun pergi.
Aku jadi merasa tidak enak, akhirnya, karena handphone ku tertinggal ditas, aku segera kembali ke kelas dan mengambil handphone ku untuk memberi jawabanku lewat sms. Dan aku benar-benar tidak percaya, karena tanganku mengetik sms sendiri tanpa aku banyak berpikir lagi atau mungkin otakku ini sudah sangat kusut. Akhirnya, jawabanku adalah.. “Ya”

Setelah bel istirahat kedua berbunyi, aku segera keluar kelas dan tanpa kusangka, teman-temanku menyerbu. Mereka berlari sambil berteriak ke arahku, “Eh lo jadian? Pejee..!!” Akhirnya, karena aku tidak tahan, aku berlari menuju perpustakaan dan bersembunyi disana.
Salah satu temanku masuk ke perpustakaan untuk mencariku. Dia menemukanku memang, tapi dia tidak akan bisa berbuat apa-apa karena ini perpus, tidak boleh berisik dan mengganggu. Akhirnya, aku selamat. Ya, selamat dari gerombolan teman-temanku yang membuatku sedikit pusing karena teriakannya. Namun ini belum seberapa, begitu bel tanda istirahat selesai dan aku masuk ke kelas, aku diserbu untuk kedua kalinya oleh teman-teman sekelasku. Ya Tuhan, aku rasa ini hari yang berat untukku.
Bel pulang sekolah membuatku lega, akhirnya aku bisa terbebas dari teriakan-teriakan yang membuatku naik darah untuk menghentikannya. Namun, kalau kau tahu, betapa bahagianya aku saat ini. Entahlah, mungkin awalnya memang sedikit menjengkelkan dan tidak masuk akal, banyak juga teman-temanku yang tidak percaya bahwa aku jadian. “Ini hanya butuh waktu,” pikirku.
Awal-awalnya, aku memang sedikit malu, mungkin hanya karena belum terbiasa. Ini memang pertama kalinya aku ‘pacaran’. Dan kali ini juga aku menyadari, betapa indahnya hidup. Entah kenapa, aku seperti orang yang bertahun-tahun sakit, dan pertama kalinya diberikan kesehatan, bahagia bukan main. Bukannya aku melebih-lebihkan kawan, tapi memang begitu kenyataannya. Hidupku seakan-akan dipenuhi senyuman setiap saat ketika itu.
Dua minggu pun berlalu. Aku mulai bisa beradaptasi dan menempatkan diriku. Aku mulai mengerti harus bersikap bagaimana, dan mencoba membuat dia nyaman. Namun, aku belum melihat perubahan sama sekali. Aku rasa aku salah, aku memang benar-benar tidak mungkin mengubahnya, aku hampir putus asa. Tujuan awalku malah tak tercapai sama sekali. Namun aku jadi belajar untuk lebih-lebih mencintainya. Dia membuatku, tak bisa lepas dari kehidupannya. Kadang aku berpikir, apa yang membuatku begitu? Sampai aku tidak mempedulikan apa kata orang tentang dirinya.
Minggu ketiga, aku mulai mencoba untuk bisa menerima dia apa adanya. Melupakan tujuan awalku, dan memulai lebih akrab lagi dengannya. Sampai akhirnya....
Satu bulan sudah, hari ini aku anniv. Dia mengirimiku foto yang berisi gambar dan tulisan tangannya. Sulit memang untuk menjelaskannya, yang jelas itu membuatku lebih senang lagi. Aku tidak bisa menjelaskan lagi perasaanku saat itu. Yang jelas lebih dari ‘luar biasa senang’

Beberapa hari setelah itu, ada sedikit masalah dalam hatiku. Aku cemburu, dan aku rasa itu wajar. Semua cewek pastilah cemburu kalau cowoknya dekat sama cewek lain, yang walaupun cewek itu bukan siapa-siapa. Dia bahkan lebih dekat dengan cewek itu daripada aku sendiri. Wajar kan? Bahkan teman-temanku bilang, “lo nggak cemburu apa? Dia jalan sama cewek gitu? Deket banget lagi”. Hampir semua orang bertanya seperti itu kepadaku. Namun apa daya, aku tidak bisa menjawab apa-apa selain tersenyum. Walaupun sebenarnya dalam hatiku, aku sakit. Aku hanya mencoba untuk kuat, itu saja tidak lebih.
Aku memutuskan untuk bicara. Aku tidak mungkin berdiam terus. Aku bicara dengan penuh kehati-hatian, takut salah kata atau apa, karena ini masih bisa diselesaikan dengan cara yang baik aku rasa. Namun ternyata tidak bisa. Dia bersikeras tidak mau berubah. Dia bilang, “udah kayak keluarga”. Dalam hati, aku menangis “lalu aku ini kamu anggap siapa?” rasanya ingin aku lontarkan pertanyaan itu. Aku kesal, dia begitu egois dan tidak mengerti perasaan ku, namun aku masih ingin mempertahankan hubungan ini. Akhirnya, aku mengalah walaupun sebenarnya lidahku ingin mengatakan “Tidak!”. Namun hatiku berkata lain, aku masih sayang. Aku tidak mau ini berakhir begitu saja.
Esoknya, dia mengatakan ingin mengakhiri semuanya, ketika itu juga, aku hampir menangis, namun tidak mungkin karena ini di sekolah. Aku mencoba memelas, aku tidak ingin secepat ini. Kesalahan terbesarku adalah, aku janji tidak akan cemburuan lagi. Bodoh! Aku ini bicara apa?! Itu benar-benar tidak mungkin. Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku bisa bilang begitu, ini gila. Akhirnya, dia setuju dan melanjutkan hubungan kami.
Keesokan harinya, sore hari, dia mengatakan hal yang sama. Ya Tuhan, apalagi ini, sebenarnya aku juga tak tahan.. Tapi taktau kenapa aku... Oh Tuhan, kali ini aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin memelas lagi kepadanya. Aku tidak menceritakan ini pada siapapun. Mencoba menyelesaikannya sendiri. Tapi tidak bisa, dengan ragu aku bercerita kepada salah satu temanku. Menceritakannya, dari awal sampai akhir. Dia memberiku beberapa saran, dan dia menyarankanku untuk putus, daripada terus menerus sakit hati seperti ini.
Akhirnya, aku setuju akan keputusannya. Malam itu, kami resmi putus. Aku mencoba menahan air mataku ketika aku harus mengatakan, “Yasudah, kita putus ya”. Seketika itu juga, air mataku tak tertahankan lagi. Tiba-tiba saja pipiku sudah dibasahi air mata itu. Aku benar-benar tidak percaya aku seperti itu. Jujur saja, aku belum pernah menangis karena hal seperti ini sebelumnya.
Waktu seminggu pun aku habiskan untuk larut dalam kesedihan. Terus menerus cemberut dan menangis membuat salah satu sahabatku tidak enak. Dia mencoba menghiburku, dan memberikanku motivasi untuk bangkit dan move on. Akupun sadar, memang sudah seharusnya aku move on, tidak ada jalan lain.
Saat sedang melamun, handphoneku bergetar, ada sms masuk dan itu dari... Seseorang, yang seketika itu juga bisa membuatku tersenyum. Orang lain yang mampu membuatku bangkit dan merasa lebih baik. Sampai akhirnya, aku curhat kepadanya setiap malam. Itu membuatku benar-benar merasa lebih baik.
 Namun tetap saja, aku masih berpikir tidak bisa melupakan dia. Karena dia... Dia cinta pertamaku. Walaupun sedikit menyakitkan dan butuh perjuangan, tapi dia telah memberiku banyak kenangan dan pelajaran. Yang mungkin, akan berguna nantinya.

No comments :

Post a Comment