Havent's seen the first part yet? Click Me!!
Suka duka dan cerita yang tak terlupakan ketika masa SMA berakhir
Mendapatkan izin liburan dari bimbel ketika program
intensif menghadapi SBMPTN yang rumornya menyatakan bahwa tes
SBMPTN level kesulitannya 3 kali lipat dari UN itu memang tidak
mudah. Apalagi, rencana liburan yang tidak dapat dibatalkan dan
mengingat tata tertib di bimbel yang sempat bikin gue mewek.
Akhirnya dengan segala upaya perjuangan, air mata kebingungan,
dan saran dari Om Sapto cukup untuk menyelesaikan masalah
pra-liburan yang membuat gue dan teman-teman gue frustasi.
Setelah mendapatkan izin dari pihak bimbel pada h
minus 1 menjelang keberangkatan, gue merasakan
kebahagiaan yang amat sangat karena dapat mengistirahatkan otak
sejenak dari beban pikiran setelah bertarung dengan Ujian
Nasional yang diisukan memang cukup sulit untuk tahun ini. Gue
pun segera packing menyiapkan barang-barang yang
akan dibawa nanti untuk persiapan di Malang selama 5 hari 5 malam
itu. Tak sampai satu koper, satu ransel padat nan berat pun cukup
untuk membawa semua peralatan dan pakaian ganti untuk di Malang.
Setelah meminta doa restu dari orang tua dan (tentunya) diberi
uang sangu pada malam itu, gue segera ingin cepat-cepat tidur
karena besok kereta akan berangkat pukul 3 sore dari Stasiun
Pasar Senen, kami janjian agar betemu di Sevel Pondok Labu pukul
8 pagi. Ya, sangat jauh dari jam keberangkatan, karena kami amat
sangat tidak sabar untuk memulai perjalanan liburan kami. Gue pun
mencharge semua gadget untuk persiapan di kereta selama 17 jam.
Malam itu gue sulit banget buat tidur, bagaimana tidak, besok gue
akan memulai perjalanan gue menembus Jawa Barat dan Jawa Tengah
bersama orang-orang yang paling gue sayang. Dan entah bagaimana
kejadiannya, gue tertidur dengan pulas. Yah, semoga saja tidak
kebablasan.
Alarm dari handphone gue berdering dengarn nyaring, sedangkan gue masih tertidur pulas, adik gue langsung membangunkan gue karena nggak bisa mematikan alarm handphone gue, gue akhirnya bangun dengan wajah yang sumringah pada pukul 6 pagi itu karena saat yang ditunggu-tunggu tiba. Gue segera mandi dan mempersiapkan diri agar tidak terlambat ke Sevel Pondok Labu. Pagi itu, rumah gue home alone, hanya bersama adik gue, orangtua gue sudah berangkat menjalankan tugas mereka sebagai pencari nafkah. Gue memesan Gojek, karena memang pagi itu tidak ada yang bisa mengantar, setelah menulis alamat pick up dan tujuan, driver Gojek pun datang. Gue berpamitan sama adik gue dan beberapa tetangga yang kebetulan sedang berada di sekitar rumah gue. Di perjalanan, gue merasa, kok wajah driver ini tidak asing ya? Gue pun mengingat kapan terakhir gue memesan Gojek. Setelah diingat-ingat, ternyata gue pernah memesan Gojek dengan driver yang sama sepulang gue dari bimbel waktu itu. Gue pun menegur sapa driver tersebut, dan ternyata driver nya memang sudah mengenali gue sejak awal.
"Pak, Bapak pernah pick up saya kan pak sebelumnya?", tanya gue dengan penuh keraguan
"Iya, Mas. Saya inget pernah nganterin Mas dari bimbel ke rumah Mas yang di Gang Bersama itu. Disitu ya mas rumahnya?", sambut Bapak driver dengan ramah.
"Wah ternyata benar dugaan saya, pantas saja Bapak tau dimana lokasi tepatnya rumah saya. Hahaha. Iya, Pak. Rumah saya disitu."
"Ini Masnya mau kemana nih bawa barang banyak banget?"
"Saya mau pergi, Pak. Liburan ke Malang, ketemuan sama temen-temen dulu sih di Sevel."
"Naik apa ke Malangnya, Mas?"
"Naik kereta Matarmaja, Pak."
"Waduh saya pengalaman tuh naik Matarmaja ke Malang. Capek banget 17 jam, kenapa ngga ambil Majapahit aja?"
"Hahaha ya gapapa lah, Pak nambah cerita nanti buat liburan, namanya juga pelajar, Pak. Liburan hemat."
"Hahaha yasudah saya doakan Mas agar selamat sampai tujuan ya. Jangan lupa lho oleh-olehnya."
"Iya, Pak terima kasih banyak ya, siap deh Pak, oleh-olehnya foto kan, Pak? Hahaha.. Oh iya ini, Pak uangnya, saya lebihin sedikit, buat sarapan. Terima kasih ya pak.", ucap gue, sembari memberikan uang ongkos, karena sudah sampai tujuan.
"Oh iya, terimakasih banyak ya, Mas, monggo mas."
Percakapan pun berakhir ketika gue sampai di Sevel Pondok Labu. Semua anggota tim sudah berkumpul lengkap disana, hanya tinggal menunggu gue. Ada Om Sapto, Emira beserta adik-adiknya, Hasya, Nadila, dan Nisrina. Mereka sepertinya sudah menunggu gue sejak lama. Setelah sedikit bercengkerama disertai kopi dan sarapan pagi, kami memesan jasa GrabCar menuju Pasar Senen. Setelah driver GrabCarnya datang, kami akhirnya berpamitan dan meminta doa restu dari Om Sapto agar kami selamat sampai tujuan. Akhirnya perjalanan dimulai!!
Setibanya kami di Stasiun Pasar Senen pada pukul 11 siang, kami pun mencari loket mesin pencetak tiket, kami pikir akan mengantri dan prosesnya akan memakan waktu yang lama, ternyata hanya 5 menit, berarti kami datang amat sangat terlalu cepat (saking semangatnya hehehe). Waktu menunjukkan pukul 12 dan kami bingung apa yang akan kami lakukan karena jam keberangkatan yang masih lama, karena, akhirnya kami hanya duduk duduk di depan gerbang masuk ke peron. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kereta api Matarmaja tujuan Malang datang juga, kami sangat senang! Terutama gue, berhubung ini kali pertamanya gue naik kereta api lokomotif, boro-boro kereta lokomotif, KRL aja juga jarang. Kami segera mengantri di gerbang dan menyiapkan tiket masing masing disertai dengan kartu identitas, setelah identitas kami di verifikasi, kami mencari gerbong dan tempat duduk. Letak posisi duduk kami ternyata saling berhadapan, dan disana terdapat seorang 'bapak-bapak' yang sudah menempati bagian pojok bangku tersebut. Waktu menunjukkan pukul 3 tepat, kereta membunyikan peluit tanda siap untuk berangkat, pak Masinis mengucapkan selamat datang dan beberapa kalimat tentang tujuan kereta Matarmaja tersebut melalui speaker.
Alarm dari handphone gue berdering dengarn nyaring, sedangkan gue masih tertidur pulas, adik gue langsung membangunkan gue karena nggak bisa mematikan alarm handphone gue, gue akhirnya bangun dengan wajah yang sumringah pada pukul 6 pagi itu karena saat yang ditunggu-tunggu tiba. Gue segera mandi dan mempersiapkan diri agar tidak terlambat ke Sevel Pondok Labu. Pagi itu, rumah gue home alone, hanya bersama adik gue, orangtua gue sudah berangkat menjalankan tugas mereka sebagai pencari nafkah. Gue memesan Gojek, karena memang pagi itu tidak ada yang bisa mengantar, setelah menulis alamat pick up dan tujuan, driver Gojek pun datang. Gue berpamitan sama adik gue dan beberapa tetangga yang kebetulan sedang berada di sekitar rumah gue. Di perjalanan, gue merasa, kok wajah driver ini tidak asing ya? Gue pun mengingat kapan terakhir gue memesan Gojek. Setelah diingat-ingat, ternyata gue pernah memesan Gojek dengan driver yang sama sepulang gue dari bimbel waktu itu. Gue pun menegur sapa driver tersebut, dan ternyata driver nya memang sudah mengenali gue sejak awal.
"Pak, Bapak pernah pick up saya kan pak sebelumnya?", tanya gue dengan penuh keraguan
"Iya, Mas. Saya inget pernah nganterin Mas dari bimbel ke rumah Mas yang di Gang Bersama itu. Disitu ya mas rumahnya?", sambut Bapak driver dengan ramah.
"Wah ternyata benar dugaan saya, pantas saja Bapak tau dimana lokasi tepatnya rumah saya. Hahaha. Iya, Pak. Rumah saya disitu."
"Ini Masnya mau kemana nih bawa barang banyak banget?"
"Saya mau pergi, Pak. Liburan ke Malang, ketemuan sama temen-temen dulu sih di Sevel."
"Naik apa ke Malangnya, Mas?"
"Naik kereta Matarmaja, Pak."
"Waduh saya pengalaman tuh naik Matarmaja ke Malang. Capek banget 17 jam, kenapa ngga ambil Majapahit aja?"
"Hahaha ya gapapa lah, Pak nambah cerita nanti buat liburan, namanya juga pelajar, Pak. Liburan hemat."
"Hahaha yasudah saya doakan Mas agar selamat sampai tujuan ya. Jangan lupa lho oleh-olehnya."
"Iya, Pak terima kasih banyak ya, siap deh Pak, oleh-olehnya foto kan, Pak? Hahaha.. Oh iya ini, Pak uangnya, saya lebihin sedikit, buat sarapan. Terima kasih ya pak.", ucap gue, sembari memberikan uang ongkos, karena sudah sampai tujuan.
"Oh iya, terimakasih banyak ya, Mas, monggo mas."
Percakapan pun berakhir ketika gue sampai di Sevel Pondok Labu. Semua anggota tim sudah berkumpul lengkap disana, hanya tinggal menunggu gue. Ada Om Sapto, Emira beserta adik-adiknya, Hasya, Nadila, dan Nisrina. Mereka sepertinya sudah menunggu gue sejak lama. Setelah sedikit bercengkerama disertai kopi dan sarapan pagi, kami memesan jasa GrabCar menuju Pasar Senen. Setelah driver GrabCarnya datang, kami akhirnya berpamitan dan meminta doa restu dari Om Sapto agar kami selamat sampai tujuan. Akhirnya perjalanan dimulai!!
Setibanya kami di Stasiun Pasar Senen pada pukul 11 siang, kami pun mencari loket mesin pencetak tiket, kami pikir akan mengantri dan prosesnya akan memakan waktu yang lama, ternyata hanya 5 menit, berarti kami datang amat sangat terlalu cepat (saking semangatnya hehehe). Waktu menunjukkan pukul 12 dan kami bingung apa yang akan kami lakukan karena jam keberangkatan yang masih lama, karena, akhirnya kami hanya duduk duduk di depan gerbang masuk ke peron. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kereta api Matarmaja tujuan Malang datang juga, kami sangat senang! Terutama gue, berhubung ini kali pertamanya gue naik kereta api lokomotif, boro-boro kereta lokomotif, KRL aja juga jarang. Kami segera mengantri di gerbang dan menyiapkan tiket masing masing disertai dengan kartu identitas, setelah identitas kami di verifikasi, kami mencari gerbong dan tempat duduk. Letak posisi duduk kami ternyata saling berhadapan, dan disana terdapat seorang 'bapak-bapak' yang sudah menempati bagian pojok bangku tersebut. Waktu menunjukkan pukul 3 tepat, kereta membunyikan peluit tanda siap untuk berangkat, pak Masinis mengucapkan selamat datang dan beberapa kalimat tentang tujuan kereta Matarmaja tersebut melalui speaker.
Belum ada satu jam perjalanan, dengan segera kami mengeluarkan bekal kami, kami sangat kelaparan karena belum makan saat menunggu jam keberangkatan kami. Kami pun membuka nasi bungkus dan kotak berisi rendang buatan nyokap gue yang legend itu. Kami tawari bapak-bapak yang duduk disebelah kami, namun ia menolak dengan sopan. Seusai makan, kami mendengarkan musik,
Malang, Day 1
Setelah 17 jam lamanya perjalanan dan tiba di Stasiun Malang, kami dijemput dan diantar ke rumah bude Endang oleh Mas Adit, sepupu Emira. Yap, kami akan menginap di rumah bude Endang (lagi-lagi, keluarga Emira) selama kami berlibur di Malang. Sesampai di rumah bude Endang, kami segera memperkenalkan diri ke bude Endang dan pakde Yon, setelah itu, kami dipersilahkan untuk menempati kamar yang telah disediakan oleh beliau. Kami pun sudah disiapkan menu makan siang o leh bude . Usai makan siang, sesuai rencana, sore itu juga kami berangkat menuju BNS (Batu Night Spectacular) bersama Mas Adit dan keluarganya (Mas Adit, Mbak Mitha, dan Naya) . BNS merupakan sebuah theme-park yang bertemakan taman lampu, karena terdapat banyak lampu dan lampion warna warni di taman tersebut. BNS buka mulai pukul 3 sore hingga 12 malam. Setelah sampai di BNS, kebetulan taman tersebut baru buka, kami segera membel i tiket terusan seharga 100rb. Kok mahal ? Tiket masuk BNS dan biaya tiket untuk mencoba setiap wahana berbeda-beda, jadi kami memutuskan untuk membel 1 tiket terusan agar puas bermain. Di BNS terdapat berbagai macam wahana yang dapat dimainkan seperti Megamix, Drop n Twist, Gravitron, Lampion Garden, Rumah Hantu, Lukisan 3D Art, dan yang lainnya. Mirip permainan yang ada di Dufan, tapi mungkin ini versi pasar malemnya aja dan bertemakan lampu hias. Wahana favorit gue s ih Megamix, karena wahana ekstrim ini merupakan wahana yang unik. Kita duduk di kursi yang letaknya melingkar, kaya di sebuah mangkuk raksasa, lalu mangkuk itu berputar-putar secara vertikal maupun secara horizontal.
Wahana Lampion Garden menyajikan taman dengan berbagai macam lampion yang dibentuk menyerupai bangunan-bangunan atau tokoh kartun, sangat cocok sekali untuk berfoto disini. Kalo Gravitron, wahana ini seperti gasing raksasa yang berputar dengan sangat cepat, kita berdiri bersandar di tiap sisi wahana tersebut, dan saat wahana berputar dengan sangat cepat, kita tidak akan merasakan gravitasi seolah olah kita terbang. And the funniest part is, gue sama Nadila mencoba untuk masuk kw wahana rumah hantu, ada dua opsi untuk memasuki wahana rumah hantu ini , naik kereta atau berjalan kaki . Karena gue cukup lemah di wahana rumah hantu, gue sama Nadila memilih untuk dengan kereta saja. Keretanya berjalan cukup pelan, hantu-hantunya juga boneka semua, tidak terlalu seram sih, tetapi realitanya gue jerit jerit berkata kasar dan Nadila juga ngompol. Tapi itu pun juga disadari setelzh di tegur oleh mas-mas penjaganya "Mbak itu ce lananya kok basah" "......."
Day 2
Karena perjalanan di kereta yang cukup melelahkan, kami tertidur dengan pulasnya, bahkan menurut teman teman gue, gue tidur sambil mendengkur. Kami bangun sekitar pukul 8, dan sudah disajikan sarapan pagi oleh bude Endang berupa gorengan, kue subuh dan teh hangat. Setelah mandi dan bersiap-siap, kami akan melanjutkan petualangan kami di Malang, yaitu ke Batu Secret Zoo, Museum Satwa, dan Museum Angkut. Destinasi pertama kami adalah Batu Secret Zoo, sebuah taman edukasi bertemakan kebun binatang dan menurut informasi, kebun binatang ini memiliki standar internasional. Yap, memang, jika dibandingkan kebun binatang yang ada di Jakarta seperti Kebun Binatang Ragunan, Batu Secret Zoo ini memiliki fasilitas dan lokasi yang jauh lebih bersih dibandingkan Kebun Binatang Ragunan. Kebun binatang ini memiliki kandang-kandang yang cukup rapi, jalan yang arahnya satu arus, sehingga kita dipastikan dapat melihat seluruh koleksi satwa yang ada di Secret Zoo ini dan tidak akan pusing mencari jalan bahkan hingga tersesat. Koleksi hewannya juga cukup banyak, mulai dari berbagai macam primata, mamalia, amfibi, aquarium, reptilia, hingga penguasa rimba singa dan harimau putih. Tiket masuk Batu Secret Zoo senilai Rp. 60.000 untuk weekdays dan Rp. 75.000 untuk weekend, ini merupakan harga tiket terusan (Batu Secret Zoo dan Museum Satwa)
Tidak hanya berupa kandang hewan, taman ini juga menyajikan berbagai macam permainan wahana yang sangat seru. Wahana favorit gue sendiri adalah Safari Farm, wahana yang berupa kereta berkeliling suatu taman kecil, dimana terdapat berbagai macam hewan yang tidak di dalam kandang, kami bebas berinteraksi dengan hewan tersebut.
Disana dan kami juga berkesempatan untuk berfoto bersama burung kakaktua, burung parkit, burung rangkong, dan binturong
Setelah
puas berkelana di kebun binatang, kami segera melanjutkan
perjalanan ke Museum
Satwa, karena letaknya yang bersebelahan dengan Batu Secret
Zoo. Museum Satwa merupakan museum yang menampilkan
koleksi hewan-hewan dari berbagai belahan dunia, hingga koleksi
fosil yang ada pada zaman pra sejarah. Setelah puas
melihat-lihat, kami pun segera mencari makan siang untuk
mengisi energi. Perjalanan dilanjutkan dengan menuju Museum
Angkut, karena tujuan utama di Museum Angkut hanya untuk
berfoto-foto, sesampai di lokasi para ladies segera
menuju toilet untuk berganti kostum dan berdandan, bahkan kami
menyetujui untuk menggunakan dresscode yaitu merah dan
putih. Sedangkan gue, ke toilet untuk buang air dan mencuci
muka. Museum Angkut merupakan museum yang memamerkan koleksi
berbagai macam kendaraan mulai dari roda satu, hingga yang
jumlah rodanya banyak dan dari berbagai macam era dan belahan
dunia. Harga tiket masuk Museum Angkut ini senilai Rp. 50.000
untuk weekdays dan Rp. 75.000 untuk weekend.
Yang unik dari Museum Angkut ini adalah, konsep ruangan dan
tema dari tiap kendaraan yang cukup menakjubkan, seperti
koleksi mobil yang dipakai untuk shooting film
hollywood ditempatkan di lokasi seperti di Broadway
dan Abbey Road dan kendaraan-kendaraan unik di tempat
bertemakan Las Vegas.
Setelah puas berfoto di Museum Angkut,
kami segera pulang kembali ke rumah bude, karena Mas Adit sudah
menunggu kami di luar. Sesampainya di rumah bude, kami
berkeliling komplek perumahan untuk mencari makanan untuk menu
makan malam, dan akhirnya kami hanya menemukan nasi goreng.
Melihat yang jualan nasi goreng masih muda dan lumayan cakep,
tentu lah ladies langsung melirik lirik genit.
Hahahaha.. 7 bungkus nasi goreng sudah terbeli, kami kembali ke
rumah bude untuk menyantap nasi goreng tersebut sambil
menceritakan dan bertanya kepada bude, siapa nama penjual nasi
goreng tersebut. Bude Endang tertawa mendengar ulah para
ladies yang genit ini, nama penjual nasi goreng
tersebut Mas Agung dan Bude juga memiliki nomor handphone Mas
Agung. HM. Kalian pasti tau apa yang akan dilakukan selanjutnya
oleh para gadis...
Day 3
Hari ini merupakan
jadwal yang bebas, tidak pergi kemana mana atau mau ke suatu
tempat yang tidak direncanakan karena salah satru dari kita,
Emira, sedang mengikuti tes Seleksi Masuk salah satu instansi
pemerintahan di Jakarta. Emira sudah berangkat pagi buta
diantar oleh Mas Adit ke bandara Juanda, Surabaya dan akan
kembali lagi malam harinya, jadi, Emira pulang pergi
Surabaya-Jakarta-Surabaya dalam satu hari. Hari itu, gue,
Nadila, Hasya, dan Nisrina berencana untuk mengunjungi eyang
dari Hasya, karena, setibanya kami di Malang, kami mendapat
berita dukacita karena salah seorang dari kerabat Hasya yang
tinggal di Malang meninggal dunia. Maka dari itu, gue, Nisrina,
dan Nadila memutuskan untuk menemani Hasya ke rumah Eyang nya.
Sebelum kami berangkat, kami berencana untuk membeli kue bolu,
ternyata usai berpamitan ke Bude, Bude dan Pakde Yon ingin
mengantarkan kami ke toko kue, sekalian mencari angin segar
kata beliau. Kemudian, selepas membeli kue, Bude dan Pakde
mengantarkan kami ke kediaman rumah Eyang nya Hasya yang
lokasinya cukup berdekatan dari rumah Bude. Sesampainya di
rumah Eyang nya Hasya, Bude dan Pakde pamit pulang setelah
mengucapkan ucapan belasungkawa terhadap kerabat yang
meninggal, dan meninggalkan kami di rumah Eyang nya
Hasya.
Suasana duka masih
menyelimuti kediaman Eyang, meninggalnya sepupu Hasya yang
usianya masih terbilang cukup muda, sekitar usia SD, tentu
meninggalkan luka yang dalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sepupu Hasya yang lain, Mbak Intan, mengobrol dengan Hasya
tentang keluarga Hasya di Jakarta, gue, Nadila, dan Nisrina pun
hanya menyimak percakapan mereka. Usai cukup banyak bercerita,
kami berpamitan untuk pulang dan ingin mencicipi kuliner di
Malang. Mbak Intan menyarankan kami ke Bakso President dan ia
menawarkan diri untuk mengantarkan kami, karena rute kendaraan
umum yang cukup rumit. Kami diantar Mbak Intan sampai di Bakso
President, kami menawarkan Mbak Intan untuk bergabung dengan
kami untuk makan siang, namun ia bilang ia ingin segera pulang.
Karena kami sudah merasa sangat lapar, kami pun segera memesan
bakso. Di Bakso President ini, harganya terbilang agak sedikit
mahal, namun masih cukup terjangkau, tetapi harga yang
ditawarkan berbanding lurus kok dengan rasa baksonya, kalau ke
Malang, kalian wajib mencicipi kuliner ini!
Setelah puas mencicipi kuliner bakso, kami ingin segera pulang
menuju rumah bude, namun kami tidak tahu akan menggunakan
transportasi apa, karena pada saat itu fasilitas ojek online
belum ada (sekarang sudah ada GO-JEK di Malang), kami bertanya
kepada warga sekitar rute transportasi umum, tidak banyak warga
lokal yang mengerti tentang rute angkutan kota disana, jadi
kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki mengikuti rute
yang ditunjukkan oleh GPS. Kami berhenti di sebuah masjid untuk
sholat Ashar dan beristirahat sejenak melepas lelah, kemudian
melanjutkan perjalanan kembali berharap agar tidak tesesat di
jalan. Kami berjalan menyusuri jalan raya, komplek perumahan,
hingga rel kereta api. Kami beristirahat kembali di depan
sebuah sekolah dasar yang baru saja menyelesaikan jam
belajarnya. Jam belajar sudah usai, tentu di sekitar sekolah
tersebut ada banyak jajanan yang sangat menggiurkan dengan
harga yang amat sangat ekonomis. Kami disana membeli jajanan
khas Malang yaitu "Sempol", mirip seperti "Cilung" yang ada di
Jakarta, namun rasanya sangat gurih karena menggunakan bahan
tambahan daging ayam, dan harganya yang tentu sangat murah.
Setelah puas jajan, kami segera melanjutkan perjalanan kembali.
Perjalanan terasa amat sangat jauh, apalagi membawa gadis-gadis
manja yang kerjaannya banyak mengeluh, kami sangat lelah, rasa
lelah kami membuat kami tergiur dengan es campur yang kami
lewati, dan tentunya, kami khilaf untuk membeli es campur
itu.
Setibanya kami di rumah bude, kami
disambut oleh bude. Bude sudah membuat beberapa cemilan untuk
kami. Sembari menunggu Emira pulang, kami mencicipi cemilan
yang sudah disiapkan bude sambil bercerita dan mengobrol
bersama bude. Bude banyak menceritakan tentang silsilah
keluarga Emira, lalu menceritakan masa muda bude dan pakde dari
awal bertemu hingga sekarang, sungguh hangat suasana di kala
sore yang cerah itu. Tak terasa bercerita, adzan Maghrib
berkumandang, kami segera menyelesaikan percakapan kami untuk
membersihkan diri dan sholat Maghrib. Tak lama kemudian, Emira
akhirnya tiba di rumah Bude. ia terlihat sangat lelah, tentu
saja, ia habis dari Malang-Jakarta-dan Malang lagi dalam satu
hari! Pasti sangat melelahkan.
Kami pun
segera makan malam dan belanja beberapa keperluan, dan segera
beristirahat untuk mengumpulkan energi karena besok, kami akan
berwisata ke pantai di daerah Malang.
Day
4
Kami bangun dengan penuh semangat,
karena hari ini, adalah hari terakhir kami bisa berwisata di
Malang. Kami segera menyiapkan diri dan masuk ke dalam mobil.
Kami berangkat pagi sekali karena perjalanan menuju pantai akan
sangat panjang, kurang lebih 4 sampai 5 jam.
Awalnya sih tidak percaya, dan ternyata
memang benar, perjalanan menuju pantai amat sangat jauh, kami
harus melewati perkampungan, menaiki bukit, hingga melewati
hutan, kami tidak menyangka perjalanannya akan sejauh itu. Kami
pun akhirnya tiba di pantai tujuan pertama, yaitu Pantai
Sendiki, pantai ini masih sangat bersih dengan pasir yang
berwarna kuning kecoklatan ditambah dengan deburan ombak laut
yang masih biru.
Setelah puas bermain di Pantai
Sendiki, kami segera bergegeas ke mobil untuk meneruskan
perjalanan menuju pantai selanjutnya,yaitu pantai Sendang Biru.
Kami mengira pantai ini seperti Pantai Sendiki, namun ternyata
pantai ini hanya pantai yang banyak penduduk dan merupakan
termpat berlabuh kapal-kapan nelayan, disana kami pun segera
mencari menu untuk santap siang, setelah makan, kami pun
mencari kapal tongkang yang bisa kami sewa agar kami bisa
menyebrang laut menuju Pulau Sempu yang merupakan kawasan cagar
alam. Setelah bernegosiasi dengan kapal yang ingin kami sewa,
kami segera berlayar menuju Pulau Sempu. Jarak dari Pantai
Sendang Biru menuju Pulau Sempu kurang lebih 15 menit.
Kami pun tiba di Pulau Sempu, Pulau
ini sangat sepi, seperti milik pribadi, disana hanya ada
rombongan kami, dan 2 orang asing yang sepertinya wisatawan
mancanegara. Pemandangan di pulau ini sangat indah, pantai yang
bersih, laut yang masih jernih, dan pasir putih kecoklatan
disuguhi dengan gugusan pulau pulau yang banyak. Kata mas Adit,
pulau ini sangat luas, ada danau air payau di tengah pulau ini
yang sangat indah, namun perjalanan menuju danau tersebut cukup
lama yaitu sekitar 7 jam berjalan kaki. Kami pun bermain di
pinggir pantai saja, dan gue, bermain air di bibir
pantai.
Setelah puas bermain di Pulau Sempu, kami segera
menelepon kapal yang akan menjemput kami. Kami segera bergegas
pulang menuju rumah bude mengingat perjalanan yang cukup
panjang akan ditempuh. Kami tiba di rumah bude sekitar lepas
Maghrib, kami segera membersihkan diri dan segera mengepack
barang kami karena kami akan pulang menuju Jakarta esok sore
hari. Malam itu kami hanya ingin menu makan malam dengan mie
instan bersama sama. Setelah makan, gue, yang ditunjuk sebaga
orang termuda diberi mandat untuk mencuci piring (-__-). Seusai
mencuci piring, mas Dimas mengajak kami berkeliling menikmati
udara malam di Batu. Kami pun diajak Mas Dimas untuk mencicipi
Bakso Bakar Pahlawan Trip, dan ternyata bakso bakar ini
sangat enak, tentu kalau kalian ke Malang harus mencicipi bakso
ini. Lalu kami menuju Alun-alun kota Batu untuk mencicipi ketan
di Pos Ketan Legenda yang terkenal enak itu, dan ternyata,
sesuai ekspektasi, memang enak, makan ketan dengan hawa sejuk
yang ada di Batu dengan keramaian anak muda dan musisi
jalanan.
Kemudian Mas Dimas mengajak kami untuk menuju Bukit
Paralayang, namun sebelum menuju Paralayang, kami diajak untuk
bersilaturahmi ke rumah saudara Emira di daerah Batu, yaitu
keluarga Mas Jendra, disana Emira bersilaturahmi dengan
saudaranya dan kami berbincang bincang sebentar. Mengetahui
kami yang ingin berangkat menuju Paralayang yang memiliki hawa
dingin yang menusuk malam itu tanpa memakai jaket, Mas Jendra
meminjamkan kami jaket yang ia miliki dan jaket adiknya.
Setelah mendapat jaket pinjaman, kami segera menuju ke
Paralayang yang memang cukup dingin udaranya, namun pemandangan
di bukit itu melupakan kami akan hawa dingin yang menusuk malam
itu.
Ketika sedang menikmati pemandangan di Paralayang, gue
tiba tiba merasa sakit perut, karena sudah merasa 2 hari tidak
BAB, gue pun mencari toilet disana, dan ternyata toilet nya
cukup membuat gue tidak nyaman, air yang sangat dingin, tanpa
pencahayaan sama sekali (gue bermodalkan
flash dari handphone), dan jauh dari keramaian,
agak sedikit mencekam ya..
Seusai buang air, gue segera menuju ke yang lain dan
menikmati pemandangan. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul
setengah 2 pagi, kami segera turun dari Paralayang karena
merasa sangat lapar. Kami pun pada dini hari itu makan di Ayam
Nelongso yang buka 24 jam. Daging ayam yang enak dengan sambal
yang "nampol" mengisi perut kami pagi itu. Kuliner dengan harga
yang murah dengan rasa yang enak kami temui lagi kali ini.
Seusai makan, kami pun ingin pulang menuju rumah bude, namun,
karena hari sudah dini hari, kami tidak ingin mengganggu Bude
Endang, kami diantarkan mas Dimas ke rumah Mas Dimas di kawasan
Batu, kami beristirahat sebentar hingga matahari
terbit.
Day 5
Pagi itu alarm kami semua berbunyi karena memang sengaja kami
semua memasang alarm agar kami semua dapat bangun pada pagi
hari itu. Kami segera pulang menuju rumah bude dan meminta maaf
kepada bude karena kami pulang larut malam dan lupa meminta
izin, bude tidak marah, namun bude agak sedikit kecewa dengan
Mas Dimas karena Mas Dimas tidak membawa handphone malam itu
sehinga tidak bisa dihubungi. Pagi itu pun kami mandi, dan
memasukkan barang-barang kami ke dalam tas. Setelah itu, kami
mendatangi gerai toko oleh oleh khas Malang. Ada berbagai macam
oleh-oleh khas Malang yang dapat dibeli seperti kripik buah,
apel Malang, manisan apel, hingga kue strudel Malang. Kami
berbelanja cukup banyak oleh oleh untuk kerabat di
Jakarta.
Setelah membeli oleh-oleh, kami segera kembali ke rumah
bude dan memasukkan barang-barang ke mobil, kami berpamitan
kepada Keluarga Bude Endang dan mengucapkan terima kasih karena
telah menyambut kedatangan kami di Malang dan menyediakan kami
tempat untuk menginap. Foto bersama pun dilakukan sebelum kami
semua berangkat menuju Stasiun Malang diantar oleh Mas
Adit.
Setelah berpamitan dengan keluarga Bude Endang, kami
segera menuju stasiun mengingat kedatangan kereta dalam waktu 1
jam. Sesampainya kami di stasiun, kami berpamitan sekali lagi
dan berterima kasih kepada keluarga Mas Adit karena sudah
mengantarkan kami berwisata di Malang.
Kami sangat senang dan puas bisa berlibur
di Malang, karena kami mendapatkan berbagai macam pengalaman
dan hiburan yang tentu saja melepas penat kami setelah Ujian
Nasional SMA 2016 minggu yang lalu. Kini tiba saatnya kami
kembali ke Jakarta menuju realita kami terutama kami yang tidak
lolos pada Seleksi Nasional Masuk PTN dan harus menghadapi tes
SBMPTN yang terkenal cukup menguras otak. Terima kasih Malang,
see you on the next trip!
Terima kasih untuk kalian
yang sudah membaca cerita gue yang gue ketik dalam waktu yang
cukup lama, i was working hard on this and finally, i can share
my story to all of you who read my blog. Oiya, gue udah bikin
rangkuman video berisi kumpulan foto-foto gue di Malang yang
jumlahnya kurang lebih 1000 buah, enjoy the video and see you
on the next post!
No comments :
Post a Comment